Pidato Presiden Joko Widodo (Jokowi) soal ketahanan pangan saat membuka KTT G20 dinilai tidak sesuai dengan kenyataan yang ada di dalam negeri. Dalam pidatonya, Jokowi sempat menyinggung tentang krisis pupuk yang bisa menjadi ancaman serius bagi 48 negara berkembang.
Menurut tokoh nasional, DR. Rizal Ramli, hal yang disampaikan Jokowi di hadapan pemimpin negara-negara ekonomi besar dunia itu cukup beralasan. Hanya saja, apa yang disampaikan berbanding terbalik dengan apa yang terjadi di negeri yang dipimpin Jokowi.
“His speech look reasonable, but his domestic policy moved in different direction. He cut most of the fertilizer’s subsidies to Indonesian farmers. What an irony. (Pidatonya terlihat beralasan, tetapi kebijakan dalam negerinya punya arah yang berbeda. Dia memotong sebagian besar subsidi pupuk untuk petani Indonesia. Sungguh ironi),” ujar Rizal Ramli, Selasa (14/11).
Menko Perekonomian era Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur itu lantas mengkritik pidato Jokowi yang selalu berbeda dengan apa yang dikerjakan. Bahkan tidak jarang pernyataan Jokowi berbanding terbalik dengan kebijakan yang diambil.
Dalam kasus ini, Rizal Ramli mengingatkan bahwa pemerintah yang paham dengan ketahanan pangan dan krisis pupuk justru memotong subsidi pupuk untuk rakyat. Kebijakan tersebut bisa berdampak pada krisis pangan di dalam negeri.
“Klasik Jokowi, pidato ke kiri kebijakan sebaliknya, malah motong subsidi pupuk untuk petani!” sesal mantan Anggota Tim Panel Ekonomi PBB bersama tiga peraih Nobel ini.
Sebagaimana diketahui, Jokowi saat membuka G20 di The Apurva Kempinski, Nusa Dua, Bali pada Selasa (15/11) sempat menyinggung tentang dunia yang akan menghadapi tantangan luar biasa. Krisis demi krisis berdatangan akan berdatangan melanda.
“Pandemi Covid-19 belum usai, rivalitas terus menanjak, perang terjadi, dan dampak dari berbagai krisis tersebut terhadap ketahanan pangan, energi, dan keuangan sangat dirasakan dunia, terutama negara berkembang,” ujarnya.
Dalam hal ini, Jokowi secara spesifik menyinggung masalah pupuk yang menurutnya nilai tidak boleh diremehkan oleh negara-negara G20.
“Jika kita tidak mengambil langkah agar ketersediaan pupuk mencukupi, maka 2023 akan menjadi tahun yang suram,” ucapnya.
Menurut Jokowi, kelangkaan pupuk akan menyebabkan gagal panen di berbagai belahan dunia. Sebanyak 48 negara berkembang dengan tingkat kerawanan pangan tertinggi akan menghadapi kondisi yang sangat serius.