Nama Kapolres Cianjur, AKBP Doni Hermawan baru-baru ini menjadi trending topic di Twitter. Hal tersebut terjadi setelah pernyataannya pada Senin (28/11) yang dinilai blunder.
AKBP Doni Hermawan mengatakan, bahwa aksi kelompok ormas yang mencopot label tulisan gereja pada tenda pengungsian korban gempa Cianjur bukan termasuk aksi intoleran
Kepala Departemen DPP GAMKI Teofilus Mian Parluhutan, menilai, pernyataan Doni blunder dan melukai hati umat Kristen.
Teofilus menyebut bahwa aksi pencopotan label tersebut merupakan bentuk dari provokasi. Kapolres Cianjur dinilai seharusnya menindak lanjuti aksi provokasi sejumlah oknum tersebut.
“Kami sangat menyesalkan sikap Kapolres dalam menanggapi kasus tersebut. Jelas-jelas itu aksi intoleransi, mencopot-copoti label, lagian label-label kaya itu biasa ada di bantuan-bantuan yang lain. Kenapa yang dari gereja harus dicopot,” tegas Teofilus
Beredar video pencopotan stiker oleh Organisasi Masyarakat Gerakan Reformis Islam (Garis) Cianjur di tenda-tenda pengungsian, hasil bantuan dari gereja
Dalam video itu, terlihat seorang pria berambut panjang dan berkaus hitam menarik stiker bertuliskan bantuan dari gereja dan dibantu oleh sejumlah anggota ormas lainnya. Bahkan, ada video tambahan yang menunjukan tidak hanya label stiker saja yang dicopot, tendanya pun juga dirubuhkan. Tindakan tersebut juga bukan lah spontanitas, tetapi juga juga terencana.
“Kami DPP GAMKI tidak habis pikir dan sangat menyayangkan bahwa tindakan tindakan intoleran seperti ini tidak diberi tindakan tegas, bahkan dari pernyataan kapolres beliau cenderung membiarkan tindakan intoleransi seperti ini,” sesal Teo.
Menurut Kepala Departemen DPP GAMKI ini pernyataan Kapolres Cianjur seakan akan melakukan pembenaran terhadap terhadap aksi tersebut
“Maka dari itu kami dari DPP GAMKI meminta bapak Kapolri untuk mengevaluasi Kapolres Cianjur agar menjadi pelajaran untuk di kemudian hari,” tandas Teofilus