Tulisan opini Guntur Soekarnoputra di sebuah harian nasional, Senin (23/1), memperlihatkan adanya sengkarut dalam garis keturunan Sang Proklamator tentang siapa yang layak dan tidak layak menggunakan trah Soekarno.
“Maksud Guntur jelas, bahwa bicara soal trah pemegang estafet Soekarno sebenarnya bukanlah garis trah dari Megawati, namun garis lurus dari keturunan Soekarno yang berasal dari Guntur lah yang semestinya lebih mendapatkan prioritas dalam memegang posisi dan peranan dalam masyarakat, bangsa, bahkan dalam kenegaraan,” ujar Direktur Pusat Riset Politik, Hukum dan Kebijakan Indonesia (PRPHKI), Saiful Anam, dikutip dari RMOL, Selasa (24/1).
Saiful menilai, Guntur ingin menegaskan bahwa yang paling berhak untuk meneruskan trah Soekarno bukanlah Megawati, terlebih lagi Puan Maharani. Namun, trah yang berasal dari Guntur yang merupakan garis keturunan terlayak, terdepan, dan terakurat.
“Ini menunjukkan ada sengkarut pertarungan garis keturunan di antara trah Soekarno, siapa yang paling layak dan kurang layak,” ujar Akademisi Universitas Sahid Jakarta ini.
“Apa yang disampaikan Guntur merupakan upaya menjelaskan dan membuat terang siapa sesungguhnya yang dapat memegang peranan sentral dalam upaya meneruskan perjuangan dan pemegang kekuasaan Soekarno saat ini dan di masa yang akan datang,” sambung Saiful.
Saiful menambahkan, melalui tulisannya itu, Guntur secara runut ingin mengembalikan kesadaran ingatan publik bahwa garis keturunan Soekarno lebih dekat kepada dirinya, bukan Megawati bahkan Puan sekalipun.
Dengan adanya penegasan inilah, maka sesungguhnya posisi Megawati dan Puan merupakan garis kedua setelah Guntur dan Puti yang paling pas menggantikan, mewakili, dan mengatasnamakan Soekarno dalam kancah perpolitikan nasional.
“Ini tentu menjadi pencerahan yang bagus bagi publik, agar hegemoni Megawati bahkan Puan Maharani tidak lagi menjadi superior dalam kancah perpolitikan bangsa. Sehingga publik makin sadar bahwa sesungguhnya ada yang paling berhak, yaitu garis keturunan Guntur dan atau bahkan Puti, untuk bicara soal Soekarno,” tandas Saiful.