Meski tak berada dalam lingkaran kekuasaan, tokoh nasional Rizal Ramli tetap dipercaya kalangan masyarakat dan pengurus organisasi sebagai figur yang dapat memecahkan masalah bangsa yang terjadi hingga saat ini.
Misalnya, tahun 2017 puluhan masyarakat dari Bukit Duri dan Kampung Aquarium yang menjadi korban gusuran datang menemui mantan Menko Ekuin era pemerintahan Abdurrahman Wahid alias Gus Dur itu sambil menangis tersedu-sedu karena nasibnya yang tak jelas dan dimaki Gubernur saat itu, yakni, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Hingga akhirnya, Rizal Ramli bersama Sandyawan Sumardi berhasil membujuk Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan untuk membangun rumah susun untuk rakyat yang digusur.
Demikin juga ketika pemerintah berniat melikuidasi Garuda Indonesia, puluhan pilot dan karyawan perusahaan penerbangan milik plat merah itu menemui Rizal Ramli dan meminta tolong agar perusahaan jangan dibubarkan.
Mantan Penasehat PBB itu akhirnya menggunakan ‘pengaruhnya’ melalui media sosial dan komunikasi langsung dengan pejabat agar Garuda Indonesia tidak dibubarkan, sembari memberi contoh bahwa Rizal Ramli pernahkan selamatkan Garuda dari kebangkrutan tahun 2001 dengan melakukan restrukturisasi utang Garuda dgn konsorsium Bank2 Eropa. Akhirnya Garuda tidak jadi dibangkrutkan tahun 2021, ikut contoh restrukturisasi RR tahun 2001.
Kali ini, Sabtu (25/2), DR. Eggi Sudjana dan Rustam Effendi menemui Rizal Ramli di kediamannya di bilangan Jakarta Selatan. Sebagai penasehat hukum Bambang Tri Mulyono Penggugat Ijazah Palsu Jokowi, Eggi Sudjana melaporkan pengadilan kasus ijazah Palsu Jokowi di Pengadilan Solo sejak Januari 2023.
Menurut Eggi, Jaksa gagal menghadirkan saksi yang dapat memberikan bukti keaslian ijazah Jokowi. Saksi yang sudah dihadirkan dari Jaksa 22 orang saksi, terdiri saksi keterangan ahli 5 Orang dan 17 Orang saksi fakta.
“22 orang saksi tersebut tidak ada yang melihat ijazah asli nya Jokowi,” ungkap Eggi.
“Banyak kesaksian yang hanya berisi pernyataan dan katanya (hearsay) tanpa mampu menunjukkan ijazah asli. Padahal masalahnya sederhana, tinggal tunjukkan ijazah asli! Gitu aja kok repot,” tutur Rizal Ramli.
Dalam kesempatan itu, Rizal Ramli bertanya kepada Eggi tentang proses pengadilan yang ruwet itu untuk masalah yang sangat sederhana, kok bisa bertele-tele? Kok hanya barisan testimoni dan hearsay tanpa bisa menghadirkan barang bukti ?
Rizal Ramli hanya bisa menyimpulkan tentang pengadilan ijazah ‘Palsu’ Jokowi : “Until Proven, It Is Questionable” (Sampai Terbukti, Itu Meragukan !)
Memang, Rizal Ramli yang kenal Jokowi menilai, mantan Walikota Solo itu kurang nyaman dengan kalangan intelektual. Bahkan, DR. Yudi Latif mengatakan bahwa ‘Jokowi cendrung anti-intelektual’. Memang mereka yang diragukan ijazahnya cenderung tidak suka, bahkan anti-intelektual. “Berbeda dengan Bung Karno, Pak Harto dan Gus Dur yang senang dikelilingi kalangan intelektual,” tutur Rizal Ramli.
“Kebiasan untuk berbohong berkali-kali seperti dalam kasus mobil siluman Esemka, pidato berulang-ulang kurangi impor tetapi teruskan impor, rakyat disuruh tingkatkan belanja padahal boro-boro nabung makan saja susah karena kebutuhan pokok dinaikkan, menunjukkan gejala anti-intelektual karena Intelektual itu boleh salah, tapi tidak boleh bohong. Kebiasaan berbohong berulang-ulang, PHP tanpa realisasi, nyaris mendekati gejala pembohong phatalogis (phatological liar),” imbuh Rizal Ramli.
Rizal Ramli juga meminta DPR segera memanggil Presiden Jokowi supaya menjelaskan keaslian ijazahnya, karena salah satu tugas negara adalah mencerdaskan bangsa.
“Bangsa yang cerdas harus dipimpin oleh pemimpin yang amanah, jujur dan cerdas, dan tidak anti-intelektual,” tandas Rizal Ramli.