Peneliti senior dari Institute for Strategic and Development (ISDS), Aminudin, menilai, Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi) gagal dalam memimpin pemerintahan, baik di bidang ekonomi dan hukum.
Dalam bidang ekonomi, pra yang karib disapa Gus Amin ini menyebut, utang luar negeri yang membengkak, krisis minyak goreng yang sempat terjadi beberapa waktu lalu, kelangkaan BBM makin meluas di banyak daerah menjadi fakta yang tak bisa terelakan dari kegagalan Jokowi memimpin pemerintahan.
Kemudian dari sisi hukum, sambung Gus Amin, praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) juga semakin menggurita. Banyak uang negara dikeruk para taipan dan kasus dugaan KKN keluarga Jokowi yang sudah dilaporkan para akademisi ke KPK.
Staf Ahli DPR-RI 2008/2009 ini menegaakan, saat ini Indonesia membutuhkan orang yang telah teruji sukses mengambil kebijakan ekonomi seperti Dr. Rizal Ramli (RR). RR terbukti paling sukses menjalankan kebijakan ekonomi dalam sejarah Indonesia.
“Waktu RR menjabat menteri perekonomian kabinet Gus Dur awal tahun 2000-an tercatat tercepat atasi kemiskinan 4.29% setahun dan mengurangi kesenjangan ekonomi di Indonesia yang ditunjukkan oleh indikator rasio gini,” tutur Gus Amin dikutip dari Harian Terbit, Senin (14/8).
Ditangan RR, lanjut Gus Amin, tercatat koofisien Gini Ratio terendah Indonesia sepanjang 50 tahun terakhir terjadi diakhir zaman Gus Dur, yaitu sebesar 0,31. Yang terdekat capaian ini adalah era Suharto di tahun 1993, Gini Ratio sebesar 0,32. Gini rasio itu semakin skor kecil semakin menyempit kesenjangan ekonomi.
“Sebaliknya jika skor angkanya besar makin besar kesenjangan ekonominya,” tukas Gus Amin.
Gus Amin menilai di luar RR, tak ada satupun tokoh yang mempunyai pengalaman sukses mengatasi krisis ekonomi. RR merupakan satu-satunya capres yang memenuhi kualifikasinya mampu atasi krisis ekonomi dan tata pemerintahan yang baik. yang berbanding lurus dengan sukses kebijakan ekonominya.
Lebih lanjut Gus Amin memaparkan, ketika diukur lagi diakhir tahun 1999, hampir 3 bulan tim ekonomi bekerja, pertumbuhan ekonomi sudah di level 0,7 persen (melompat 3,7 persen). Dalam kurun waktu satu tahun berikutnya pada tahun 2000 perekonomian Indonesia kembali berhasil tumbuh ke level 4,9 persen (melompat 4,2 persen).
“Di tahun 2001, meskipun Gus Dur menyatakan dalam pertengahan tahun krisis politik tersebut, rata-rata pertumbuhan di akhir tahun masih di level 3,6 persen,” pungkasnya.